softskill Bahasa
Indonesia
LISSA
DWI WULANSARI
19211468
3EA27
DOSEN
: Rini Sawitri
Berfikir
Deduktif dan Induktif
Berfikir Deduktif
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti
penarikan kesimpulan dari
keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum.
Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang
bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan
kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan
silogismus. Metode berpikir deduktif adalah
metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Silogisme adalah suatu proses penarikan
kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan)
dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Dalam deduktif telah
diketahui kebenarannya secara umum, kemudian bergerak menuju pengetahuan baru
tentang kasus-kasus atau gejala-gejala khusus atau individual. Jadi deduksi
adalah proses berfikir yang bertolak dari sesuatu yang umum (prinsip, hukum,
toeri, keyakinan) menuju hal khusus. Berdasarkan sesuatu yang umum itu
ditariklah kesimpulan tentang hal-hal yang khusus yang merupakan bagian dari
kasus atau peristiwa itu.
Contoh dari kalimat Deduktif :
Semua makhluk hidup ataupun mati
adalah ciptaan sang maha besar
Manusia adalah mahluk.
Karena itu semua manusia adalah
ciptaan sang maha besar
|
Contoh di atas merupakan bentuk
penalaran deduktif. proses penalaran itu berlangsung dalam tiga tahap. Pertama,
generalisasi sebagai pangkal tolak. Kedua, penerapan atau perincian
generalisasi melalui kasus tertentu. Ketiga, kesimpulan deduktif yang berlaku
bagi kasus khusus itu. Deduksi menggunakan silogisme dan entimem. Dapat
disimpulkan secara lebih spesifik bahwa argumen berpikir deduktif dapat
dibuktikan kebenarannya. Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif bergantung
pada dua hal, yaitu kesahihan bentuk argumen berdasarkan prinsip dan hukumnya;
dan kebenaran isi premisnya berdasarkan realitas. Sebuah argumen deduktif tetap
dapat dikatakan benar berdasarkan bentuknya, meskipun isinya tidak sesuai
dengan realitas yang ada; atau isi argumen deduktif benar menurut realitas
meskipun secara bentuk ia tidak benar.
Berfikir Induktif
Induksi
adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa
khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana
ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat
individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum (filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri
Pustaka Sinar Harapan. 2005).
Berpikir
induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk
dari metode berpikir induktif. Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di
antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung
lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi
mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang
diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan
dia benar pula.
Penalaran
ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif.
Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan
penalaran induktif dengan empirisme. Secara rasional ilmu menyusun
pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu
memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak. Karena itu
sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang
diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini
biasanya disebut hipotesis. Maka dapat disimpulkan bahwa penalaran deduktif dan
penalaanr induktif diperlukan dalam proses pencarian pengetahuan yang benar.
Ada 3 macam penalaran Induktif:
1. Generalisasi Merupakan penarikan kesimpulan umum dari pernyataan atau data-data
yang ada. Dibagi
menjadi 2:
a.
Generalisasi Sempurna /
Tanpa loncatan induktif
Fakta yang
diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
Contoh :
Jika dipanaskan, besi memuai, Jika dipanaskan, tembaga memuai. Jadi, jika dipanaskan semua logam akan memuai.
b.
Generalisasi
Tidak Sempurna / Dengan loncatan induktif
Fakta yang
digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Contoh : Setelah kita
menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka
bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa
yang suka bergotong-royong.
2. Analogi Merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan kesamaan data atau
fakta. Pada analogi biasanya membandingkan 2 hal yang memiliki karakteristik
berbeda namun dicari persamaan yang ada di tiap bagiannya. Tujuan dari analogi : Meramalkan
kesamaan, Mengelompokkan klasifikasi, Menyingkapkan kekeliruan
3. Kausal Merupakan proses penarikan kesimpulan dengan prinsip sebab-akibat. Terdiri dari 3 pola, yaitu :
-
Sebab ke akibat = Dari peristiwa yang
dianggap sebagai akibat ke kesimpulan sebagai efek .Contoh : Karena terjatuh di tangga, Kibum harus beristirahat selama
6 bulan.
-
Akibat ke sebab =
Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kejadian yang dianggap
penyebabnya. Contoh : Jari kelingking
Leeteuk patah karena memukul papan itu.
-
Akibat ke akibat =
Dari satu akibat ke akibat lainnya tanpa menyebutkan penyebabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar